Thursday, October 27, 2011

 Periodesasi sastra inggris

A. Anglo Saxon
Pertengahan abad ke-5 dianggap sebagai permulaan Sastra Inggris. Kepulauan Britania ditaklukan oleh suku-suku Teutonic, Angles dan Saxons. Suku asli ditaklukan oleh suku-suku tersebut dan tulisan-tulisannya kemudian dikenal dengan nama Anglo-Saxon. Karya-karya Sastra Inggris Kuno masih terseimpan rapi dalam bentuk manuscript di perpustakaan-perpustakaan seperti perpustakaan Museum Inggris, Oxford University, Execeter Catherdal dan sebagian kecil tersebar di beberapa tempat. Beowulf merupakan epos pertama dan terbesar yang lahir pada zaman ini.Bahasa kuno Inggris tidak dapat dibaca kecuali oleh mereka yang secara khsusu mempelajarinya. Epos ”Beowulf” memberika gambaran yang menarik dari kehidupan pada masa itu. Epos tersebut menceritakan kepada kita kerasnya peperangan dan keberanian dari para pemimpin dan kelaparan dari orang-orangnya. Epos tersebut juga menggambarkan kepada kita tentang kehidupan di gerbang-gerbang istana, mahluk yang mengerikan yang harus mereka perangi, kapal-kapal dan pertualangan mereka. Mereka mengalami hidup yang keras di darat dan di laut.
Epos tersebut juga memberikan kita gambaran tentang nenek moyang orang Inggris sebelum mereka tiba di Britania. Inilah gambaran kehidupan mereka:
From early morning when the warriors gathered in the hall, till the hour when they ”sank asleep”, each with his armor and weapons at hand.
Itulah kebiasaan hidup mereka yang selalu siap berperang, baik di rumah maupun di arena pertempuran. Mereka adalah orang-orang yang seafaring yang percaya bahwa: Their live (and death) were ordained by fate.
Dua pujangga besar yang lahir pada masa ini adalah Cædmon dan Cynewulf. Pada tahun 867, Northumbrian ditaklukan oleh bangsa Denmark (Danes), yang mengahancur leburkan kerajaan dan perpustakaan-perpustakaan yang berisi karya-karya sastra terdahulu.
Pada abad ke-9, sebagai dampak dari penaklukan bangsa Denmark, aktivitas kesusasteraan Inggris berpindah dari Utara ke Selatan. Invasi bangsa Denmark dapat dihentikan oleh kepemimpinan Alfred, Raja Wessex pada tahun 878.
Periode sastra Anglo-Saxons dimulai dengan nyanian-nanyian dan dongeng ketika mereka hidup di daerah perbatasan Laut Utara. Tiga suku nenek moyang mereka, the Jutes, Angles dan Saxons menaklukan Britania di pertengahan abad ke-5 dan merupakan pelopor berdirinya Negara Inggris. Kemungkinan pendaratan pertama di Britania adalah oleh suku Jutes sekitar tahun 449.
Nenek moyang suku ini merupakan pejuang-pejuang yang berwatak keras dan penakluk lautan, tetapi juga memiliki kemampuan berfikir dan jiwa yang mulia (noble). Puisi-puisi mereka mencerminkan perwatakan yang ganda tersebut. Subyek puisi-puisi mereka sebagian besar adalah laut dan kapal yang tenggelam, peperangan, petualangan, keberanian, kegagahan para prajurit dan cinta kampung halaman.
Keberhasilan Alfred dalam peperangan melawan bangsa Denmark membawa perubahan dalam sastra dan juga politik. Pada masa kepemimpinannya dia menempatkan dirinya untuk lebih tertarik pada pendidikan dan agama, membangun rumah-rumah ibadah dan fokus pada bidang intelektual serta menerjemahkan beberapa karya sastra Latin yang berguna bagi Masyarakat Inggris. Salah satu karya yang dibuat Alfred dan rekan-rekannya adalah ”History of the World”. Salah satu prosa yang paling menarik adalah Anglo-Saxons Chronicle, dan sejarah awal Inggris. Alfred sangat memberikan pengaruh pada prosa tersebut (849-901).
Dengan berakhirnya masa Alfred, karya sastra mulai mengalami penurunan secara besar-besaran; sastra dan bahasa Anglo-Saxon perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Selama satu setengah abad diantara kematian Alfred (901) dan penaklukan bangsa Normandia (1066) nampaknya tak ada satu puisipun yang dihasilkan; dan beberapa prosa yang lahir tidak memiliki nilai sastra yang tinggi.
Pada tahun 1066 Inggris ditaklukan oleh bangsa Skandinavia yang mengalahkan Harold, raja terakhir Saxons dalam Battle of Hasting. Kedatangan bangsa baru ini tidak dapat dipungkiri memberikan pengaruh dalam segala hal kepada masyarakat Inggris.
Terlalu banyak tekanan membawa kepada pertentangan dan perpecahan antara suku bangsa Saxon dan Norman. Salah satu karya sastra yang mencerminkan perpecahan ini adalah ”Ivanhoe” pada akhir abad ke-12. Perpecahan diantara dua suku bangsa tersebut berlangsung hampir satu setengah abad dan berakhir ketika Raja Henry I, putra ketiga dari Suku Norman penguasa kerajaan Inggris, menikahi seorang keturunan langsung raja Alfred. Sehingga tidak ada lagi superior dan inferior diantara kedua suku bangsa tersebut. Henry I lahir dan dididik di Inggris dan hampir semua waktunya belajar Bahasa Inggris di sekolah.
Dampak dari penaklukan terhadap Bahasa dan Sastra Inggris
Inggris dengan segera mulai mengadopsi banyak kata-kata dari Bahasa Perancis Normandia, sehingga baik bahasa tulis maupun ucapan menjadi seperti bahasa Perancis. Selama hampir satu setengah abad setelah penaklukan, tidak nampak adanya sastra yang dimunculkan baik oleh Bangsa Norman ataupun Perancis ataupun campuran keduanya. Latin merupakan bahasa sastra Eropa dan karya sastra Inggris juga menggunakan bahasa tersebut. Sastra Inggris dalam Bahasa Latin sebagian besar dalam bentuk chronicles, dimana salah satu karya sastra Inggris yang terpenting adalah Historia Requm Britania (Sejarah Raja-raja Inggris), ditulis sekitar tahun 1135 oleh Geoffrey of Monmouth (seorang pendeta dari Welsh).
Bangsa Normandia aslinya merupakan ras atau suku penakluk laut yang keras yang mendiami kepulauan Scandinavia. Pada abad ke-10 mereka menaklukan bagian Utara Perancis yang saat ini masih disebut dengan nama Normandy yang dengan cepat mengadopsi budaya dan bahasa Perancis. Penaklukan mereka atas bangsa Anglo-Saxon di Inggris dipimpin oleh William, Pangeran Normandy, pada pertempuran Hasting tahun 1066. Sastra yang mereka bawa ke Inggris dikenal dengan keceriaannya, kata-kata cinta dan petualangan yang sangat bertentangan dengan puisi-puisi Anglo-Saxons. Tiga abad setelah peristiwa Hasting, Norman dan Saxon secara perlahan bersatu. Bahasa Anglo-Saxons menjadi sederhana dengan membuang sebagian besar infleksi suku Teutonik-nya, menyerap banyak kosa kata Perancis dan menjadi Bahasa Inggris. Sastra Inggris juga merupakan kombinasi antara elemen-elemen Perancis dan Saxon. Tiga dampak utama penaklukan Suku Bangsa Norman adalah sebagai berikut:
1) Masuknya budaya Romawi ke Inggris.
2) Tumbuhnya nasionalisme seperti timbulnya pemerintah pusat yang kuat sebagai ganti dari hilangnya persatuan suku bangsa Saxon.
3) Bahasa dan sastra baru yang diproklamirkan dalam Chaucer
B. Masa Pertengahan 
Salah satu prosa Inggris terkenal di Abad Pertengahan adalah Morte D’Arthur (Arthur’s Death) ditulis oleh Sir thomas Malory. Karena saat itu merupakan tahun-tahun kekerasan sebelum dan selama Wars of the Roses, hal tersebut membuat Malory menjadi seorang tokoh yang keras. Beberapa kali ia dijebloskan ke penjara. Setidaknya sebagian dari Morte D’Arthur di dalam penjara. Prosa karya Malory mampu menceritakan sebuah cerita secara langsung (sebagian dari ”King Arthur is badly Wounded” terlampir).
Sedikit demi sedikit bersamaan dengan sastra roman, dari sekitar tahun 1200, beberapa karya religious muncul, sebagian besar karya tersebut dinamakan literature only by excersise of great courtesy. Dari sebagian besar karya religious, setidaknya terdapat dua penulis yang secara permanent bertahan; yang pertama karena pengaruh besarnya dan yang kedua karena menghasilkan karya sastra terkenal yang menyumbangkan pandangan sastra baru di Inggris. Penulis tersebut adalah Wycliff dan William Langland.
Karya satra Wycliff yang menjadikannya sebagai ”Father of English Prose” merupakan terjemahan Injil pada abad ke-14. Wycliff sendiri juga menerjemahkan gospel dan Kitab Perjanjian Baru. Yang mengejutkan adalah Wycliff tidak dibakar hidup-hidup karena mengkritik dan menyerang praktek-praktek agama di Inggris. Setelah dia meninggal dan dikuburkan, tulangnya kembali digali dan dibuang ke aliran Sungai Avon (yang mengalir ke sungai Severn).
The Avon to the Severn runs,
The Severn to the sea,
And Wycliff dust shall spread abroad,
Wide as the water be.
Kesalahan Wycliff di mata Gereja adalah ketidaksetujuannya atas berbagai dogma agama dan kritik pedasnya terhadap kehidupan dilingkungan gereja. Kontribusinya terhadap Kesusasteraan Inggris adalah sebuah terjemahan langsung kitab Injil ke dalam Bahasa Inggris yang memungkinkan orang membaca dan menginterpretasikan sendiri makna yang ada di dalam kitab Injil. Karena latar belakangnya yang tidak berpendidikan tinggi, Injil Wycliff ditandai dengan gaya yang langsung dan sederhana dan menggunakan acuan bahasa sehari-hari. Hampir semua Kitab Perjanjian baru adalah hasil terjemahannya.
William Langland adalah nama besar kedua sehubungan dengan karya sastra relegius pada masa ini. Drama Inggris pertama menceritakan kisah-kisah relegius dan ditampilkan di dalam atau di dekat gereja. Beberapa peristiwa sejarah keagamaan memang merupakan subyek yang sesuai pementasan drama. Drama-drama sejenis ini disebut ”Miracles” atau ”Mystery Plays”.
Subyek drama berjenis Miracles ini sangat bervariasi seperti the disobidience of Adama and Eve, Noah and the Great Flood; Abraham and Isaac; peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Kristus atau yang lainnya. Drama-drama tersebut diperankan atau dimainkan oleh orang-orang kota di atas sebuah panggung yang diberi roda yang dinamakan pegeant. Panggung ini terus bergerak dari kota ke kota untuk melakukan pementasan.
Walaupun Miracles merupakan drama serius dan religius, tetapi justru Drama Komedi Inggris lahir di dalamnya.
GEOFREY CHAUCHER, 1340-1400
Geofrey Chaucer dikenal sebagai the father of the Middle English poet. Dibandingkan dengan karya sastra Inggris kuno, karya Chaucer dapat dideteksi dengan menggunakan kacamata pembaca moderen, walaupun konjugasi kata kerjanya secara jelas mencerminkan the Germanic inflection.
Chaucer juga dikenal dengan the father of English poetry, walaupun banyak penulis-penulis puisi yang hebat yang lahir sebelum dia. Bahasa yang digunakan Chaucer banyak mengalami perubahan dalam kurun waktu 700 tahun setelah Beowulf dan lebih mudah membaca karya Chaucer daripada membaca karya sastra zaman Inggris kuno. Karya terbesar Chaucer adalah the Canterbury Tales.
PERIODE SETELAH CHAUCER
Kesusasteraan Inggris setelah meninggalnya Chaucer (1400) mengalami penurunan yang sangat drastic. Tak satupun pujangga yang muncul pada masa ini, tak satupun penulis prosa yang muncul untuk dinikmati karyanya dengan senang hati hingga saat ini.
Penemuan yang sangat penting pada masa ini adalah ditemukannya ”percetakan”. William Caxton (1422-1490) mendirikan penerbitan di London, dekat dengan Westminster Abbey tahun 1476. Dia lahir di Kent sekitar tahun 1422 dan mencetak hampir seratur karya sastra, dimana yang sebagiannya juga merupakan terjemahan dirinya. Terjemahannya mampu menempatkan dirinya dalam dunia sastra Inggris sekaligus dalam sejarah percetakan. Salah satu karya sastra yang dicetak oleh Caxton adalah Morte D’Arthur oleh Sir Thomas Malory.
Hadirnya percetakan penerbitan merupakan salah satu bukti bahwa sebuah gerakan baru yang dinamakan Renaissance (New Birth) telah memasuki tanah Inggris. Gerakan baru yang dimulai dari Italia pada awal abad ke-14 menyebar ke seluruh Eropa bagian barat selama kurang lebih dua abad kemudian.
Tak ada satu sumber yang menyebutkan tanggal pasti munculnya gerakan Renaissance. Beberapa orang beranggapan bahwa Chaucer dan Wycliff sama benarnya dengan pemikiran Luther dan Spencer. Yang lainnya beranggapan bahwa Dante (1265-1321) sebagai orang pertama yang menunjukkan perubahan pemikiran dan aspirasi manusia. Penulis Inggris pertama yang mendapat julukan sebagai figur Renaissance adalah Sir Thomas Wyatt dan Earl of Surrey. Wyatt dianggap telah memperkenalkan Sonnet yang dikembangkan oleh Petrarch di Italia ke dalam puisi Inggris. Wyatt mengadopsi subyek puisi Italia sekaligus bentuknya. Hampir semua puisinya berhubungan dengan tema cinta.
Sementara Surrey menulis beberapa Sonet untuk menghargai karya-karya Wyatt. Karena ia memperkenalkan Blank Verse ke dalam sastra Inggris dan karena kehadirannya yang kadang-kadang begitu naturalistik membuat ia menempati tempat tertinggi diantara para penulis Renaissance di Inggris.
DAMPAK TIDAK LANGSUNG DARI ITALIA
Italia tidak hanya memberikan dampak seperti pada penjelasan di atas, tetapi juga memberikan dampak dengan cara yang lain terhadap perkembangan Renaissance di Inggris. Pada saat jatuhnya Constantinople pada tahun 1453, para cendikiawan dan ilmuwan Yunani pindah ke Italia dengan segudang manuscript pengetahuan yang sangat berharga, dimana pertamakalinya Barat secara langsung berhubungan dengan Bahasa dan sastra Yunani. Para pelajar Italia secara langsung juga berhubungan dan belajar dengan pelajar atau ilmuwan Yunani yang mengunjungi Italia dan untuk pertama kalinya pada tahun 1500 bahasa Yunani dipelajari di Oxford University.
PERIODE TRANSISI
Periode ini adalah masa diantara runtuhnya kejayaan Chaucer dan masa awal kebangkitan intelektual untuk menuju masa Elizabeth (the Age of Elizabeth). Selama kurang lebih satu setengah abad setelah masa Chaucer tak satupun karya sastra yang muncul dan standar umum karya sastra pada masa ini sangat rendah. Ada tiga penyebab utama terjadinya hal tersebut yaitu:
1) Perang berkepanjangan dengan Perancis dan the Civil Wars of Roses mengalihkan perhatian masyarakat dari buku dan puisi, dan juga telah menghancurkan keluarga terhormat Inggris yang telah menjadi sahabat dan patron sastra Inggris.
2) Reformasi pada periode selanjutnya telah memenuhi benak orang-orang dengan permasalahan-permasalahan Agama.
3) Munculnya kembali proses belajar yang membentuk para pelajar dan para sastrawan untuk lebih mempelajari sastra klasik daripada menciptakan karya sastra yang baru dan orisinil.
Secara kesejarahan masa ini ditandai dengan perkembangan intelektual (intellectual progress) seperti diperkenalkannya mesin percetakan, penemuan benua Amerika, awal munculnya reformasi dan tumbuhnya kekuatan politik diantara rakyat awam atau rakyat biasa.
Banyak penjiplak Chaucer muncul setelah kematiannya pada tahun 1400, tetapi hanya sedikit saja yang menarik perhatian.
C.Masa Elizabeth
Masa Elizabeth dalam dunia sastra Inggris dikenal dengan sebutan the Golden Age (masa keemasan). Sastra mengalami puncak perkembangan pada awal masa pemerintahan Elizabeth. Pada masa Elizabeth semua keraguan nampaknya sirna dari sejarah masyarakat Inggris. Setelah masa pemerintahan Edward dan Mary, dengan kekalahan dan kehancuran moral diluar negeri dan kekerasan dan pembrontakan di dalam negeri, pergantian tampuk kekuasaan raja seperti sunrise after a long night.
Elizabeth dengan semua kesombongan dan ketidak konsistensiannya, secara perlahan mencintai Inggris dan kebesaran tanah Inggris; dan hal tersebut telah menginspirasi semua orang dengan patriotisme yang tak terbatas yang dibangga-banggakan dalam Shakespeare dalam karyanya Faery Queen. Dibawah pemerintahannya, negara Inggris berkembang dengan lompatan yang lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya dan sastra Inggris mencapai titik puncak perkembangannnya.
KARAKTERISTI ZAMAN ELIZABETH
Karakteristik paling menonjol zaman ini adalah adanya toleransi dalam menjalan praktek kehidupan beragama, yang secara luas memang akibat pengaruh dari ratu Elizabeth. Di bawah kepemimpinannya, Elizabeth menemukan bahwa kerajaan terpecah-belah dengan sendirinya; penduduk bagian utara mayoritas beragama Katolik dan bagian selatan pemeluk Protestan yang fanatik. Skotlandia telah melaksanakan reformasi dengan caranya sendiri dan Irlandia tetap berpegang teguh pada tradisi agama kunonya serta kedua negara ini secara terbuka melakukan pembrontakan.
Sejak Reformasi dimulai, masalah fundamental tentang toleransi beragama yang mulai muncul, pemikiran manusia, bebas dari ketakutan dan tekanan dalam menjalankan praktek agama, berubah sejalan dengan keinginan kreatif satu sama lainnya ke dalam bentuk aktivitas lain. hal tersebut juga tidak dapat dipisahkan dari munculnya kebebasan pikiran yang dipengaruhi oleh masa pemerintahan Elizabeth yang juga memberikan stimulus pada bidang kesusasteraan.
Meningkatnya kekayaan, berkembangnya kehidupan, kesempatan luas bagi para pekerja dan kenyamanan kehidupan sosial – merupakan faktor-faktor yang membantu meningkatkan aktivitas kesusasteraan. Masa ini adalah an age of dreams, of adventure, of unbounded enthusiasm springing from the new land of fabulous riches yang didengungkan oleh para penjelajah Bangsa Inggris. Drake berlayar mengelilingi dunia, memberikan pendidikan kepada para generasi selanjutnya dalam mencari koloni baru selama berabad-abad. Filsuf muda Bacon dengan yakin menyatakan: ”I have taken all knowledge from my province”. Pikiran harus memandang lebih jauh daripada mata; dengan negara yang baru, kaya dan terbuka, imajinasi harus menciptakan bentuk-bentuk baru untuk orang-orang di dunia. Dream and deeds increase side by side, and the dream is ever greater than the deeds. Itulah sastra makna dari sastra menurut Bacon.
Zaman elizabeth adalah a time of intellectual liberty, of growing intelligence and comfort among all classes, and of peace at home and broad. Karena begitu besarnya pemikiran dan tindakan, dihubungkan dengan mata dan juga imajinasi serta intelektual, maka ditemukan suatu ungkapan sastra yang berbunyi; neither poetry nor the story can express the whole man, - his thought, feeling, action and the resulting character. Pada masa Elizabeth, Drama dalam perkembangannya mencapai puncak keemasannya.
PUJANGGA-PUJANGGA NON DRAMATIK ZAMAN ELIZABETH
Edmund Spencer (1552-1609)
Sebagai pelajar yang miskin, Spencer mengerti bagaimana ia menciptakan sesuatu untuk dirinya sendiri; dia banyak membaca karya-karya klasik, melakukan kontak dengan penyair-penyair Italia dan menulis sendiri puisi yang jumlahnya tak terhitung. Walaupun Chaucer adalah guru besarnya, ambisinya bukanlah untuk menandingi Canterbury Tales, tetapi lebih pada keinginan untuk mengungkapkan mimpi-mimpi besar orang Inggris. Melankoli atas hilangnya Rosalind (kekasihnya) tercermin dalam karyanya the Shepherd’s Calendar (puisi dan riwayat singkat spencer dapat dilihat pada lampiran).
Pujangga-pujangga Metafisikal
Masa selanjutnya, yang dikenal dengan sebutan the Jacobean Age, menawarkan sesuatu yang sedikit lebih fresh, lebih tertarik pada sesuatu yang ada dalam pikiran daripada yang ada dalam hati dan pandangan mata. Sekelompok pujangga, dikenal dengan sebutan the metaphysical Poets, menulis verse (puisi bebas) yang pada umumnya tidak begitu menghiraukan keindahan bahasa dan keserasian nada, puisi tersebut juga berisi gaya-gaya dan gambaran-gambaran yang tidak biasa untuk menarik perhatian. Pujangga-pujangga ini menggabungkan kekuatan perasaan dengan penalaran, dan penggabungannya adalah kekuatan karya mereka.
John Donne merupakan pujangga metafisikal terbesar tetapi sulit menemukan karya-karyanya secara utuh. Dia menulis banyak hal bagus tetapi tidak disempurnakan atau diselesaikan. Karya-karya terbaik Donne dalam bentuk nyanyian dan sonet. Berikut salah satu tulisan Donne:
Here lies a she sun an a he moon there
She gives the best light to his sphere
Or each is both, and all, and so
They unto one another nothing love
Pujangga metafisikal selanjutnya adalah Francis Bacon. Beberapa essays-nya masih terkenal hingga saat ini. Karya pertamanya muncul pada tahun 1597 dan kemudian dengan beberapa penambahan pada tahun 1612 dan 1625. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam karya awalnya adalah pendek, tajam dan efektif; gaya yang digunakan pada essay selanjutnya lebih berkembang. Beberapa kata bijak yang terkenal di Inggris berasal dari buku Bacon, khususnya dari essay-nya
Men fear death as children fear go to in the dark (death)
All colors will agree in the dark (unity in relegion)
Revenge is a kind of wild justice (revenge)
If a man be gracious to strangers, it shows he is citizen of the world (Goodness)
The remedy is worse than the disease (troubles)
Stay a little, that we may make an end the sooner (despacth)
Cure the disease and kill the patient (friendship)
Some books are to be read only in a parts; others to be read, but not curiously; and some few to be read wholly (studies)
A wise man will make more opportunities than he finds.
PUJANGGA-PUJANGGA DRAMA
Christopher Marlowe (1564-1593)
Nama terbesar dalam drama sebelum Shakespeare adalah Christopher Marlowe, anak seorang tukang sepatu, lahir beberapa bulan sebelum Shakespeare di Canterbury, wilayah (county) Kent. Dengan bantuan temannya yang memiliki pengaruh ia sekolah di Corpus Christi College, Cambridge dan lulus pada tahun 1583. empat tahun kemudian, pada awal usia 23 tahun, drama pertamanya muncul di London. Selama enam tahun antara drama ini dengan kematiannya, Marlowe menulis lebih dari enam karya drama, beberapa lyric, dan naratif cinta dalam bentuk puisi bebas. Sebagaimana layaknya kehidupan profesi seperti Marlowe pada saat itu, hidupnya mengarah pada kehidupan yang bebas dan liar, dan kematiannya pada tahun 1593 akibat dari perkelahiannya di sebuah bar malam.
Empat dari karya Marlowe, oleh para kritik sastra, ditempatkan pada posisi penting dalam sejarah karya sastra drama di Inggris – Tamburlaine, Doctor Faustus, the Jew of Malta dan Edward II. Tamburlaine menginspirasikan Inggris untuk menguasai dunia. Ambisi dokter Faustus adalah ilmu pengetahuan dimana ia merelakan diri menjual nyawanya kepada setan. Barabas the Jew, prototype of Shylock, menceritakan nafsu akan kekayaan dan melakukan kejahatan untuk melaksnakan nafsu tersebut.
MIRACLE PLAYS
Kemegahan zaman Elizabeth dan juga kejayaan Sastra Inggris secara keseluruhan adalah sastra drama. Asal mula drama berasal dari gereja. Dalam sebuah drama yang dinamakan Noah’s Flood, diperkenalkan sebuah insiden dimana Istri Nabi Nuh menolak akan datangnya banjir besar dan menolak masuk ke dalam kapal. Ketika usahanya membujuk gagal, Nabi Nuh dengan cara keras memaksa istrinya untuk memasuki kapal. Drama jenis ini dinamakan Miracle Plays atau Mistery Plays. Drama ini menggunakan moving stage atau pageant car, sehingga drama bisa dimainkan berpindah-pindah tempat antar kota.
MORALITY PLAYS
Ketika Miracle Plays terlepas kontrolnya dari gereja, proses sekulerisasi berlanjut. Dalam Drama Moraliti (Morality Play), tokoh-tokoh pemeran dipersonifikasikan secara abstrak mewakili nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya (virtues and vices), dan kualitas pikiran manusia. Dalam moralitas setiap manusia, sebagai contoh, beberapa karakter yang ada seperti kematian (death), persahabatan (fellowship), pengetahuan (knowledge), keinginan yang baik (good deeds), dan kedewasaan (discretion). Karakter populer yang ditemukan dalam morality plays adalah nilai-nilai kebaikan dan kejahatan.
INTERLUDE
Miracle Plays dan Morality Plays berjalan berdampingan sampai pada akhir abad ke-16. Bentuk ketiga dari drama hiburan yang muncul di luar Morality Plays adalah Interlude, suatu babak yang muncul diantara beberapa penampilan drama yang panjang. Secara kasar dapat dikatakan Miracle Play furnished the plot-ancestry of the drama, the Morality Play furnished the character-ancestry, so the Interlude furnished the dialogue ancestry.
Secara umum, Interlude memiliki sedikit plot, sedikit tokoh atau karakter; tujuan penulis adalah menulis dialog sepandai-pandainya – to write talk purely for talk’s sake. Salah satu Interlude yang terkenal di zaman ini adalah the Four P’s oleh John Heywood. Berikut adalah kutipan dialog dari the Four P’s:
Yet in all places where I have been,
Of all the women that I have seen,
I never saw nor knew, in my conscience,
Any one woman out of patience.
TEATER PERTAMA
Interlude, dan jenis drama terdahulu tidak ditampilkan di atas pageant wagons sampai pada tahun 1576 mereka diberi pekarangan atau halaman atau gedung tempat mereka mengadakan pementasan. Gedung pertunjukkan pertama di bangun di London dan diberi nama The Theatre. Setelah Shakespeare meningglakan London tiga pulu tahun kemudian, terdapat sekitar sepuluh atau dua belas gedung pertunjukkan, dua diantaranya adalah the Globe dan the Blackfriars - pemiliknya adalah seorang dramatis.
Gedung pertunujukkan pada saat itu tidak memiliki atap kecuali pada panggung dan balkoninya. Tidak ada tempat duduk dan semua penonton berdiri kecuali bagi yang membawa kotak atau sebuah bangku.
Kelas masyarakat yang lebih tinggi duduk di balkoni melebar di tiga sisi panggung, walaupun ada beberapa pemuda dari masyarakat biasa yang duduk di balkoni, mereka harus membayar lebih. Panggung juga menggunakan layar penutup panggung seperti sekarang ini. Dibagian belakang panggung juga diberikan panggung lebih yang digunakan sebagai Juliet’s Balcony sebagai tembok-tembok kota, atau sebagai bukit-bukit yang nampak jauh terlihat.
Kostum aktor, walaupun sering di elaborasi, tetapi tidak merubah penampilan aktor sesuai dengan karakter. Sangat sedikit scenery yang digunakan; sebuah tempat tidur, meja atau beberapa pohon yang mengekspresikan sebuah tempat. Karena tidak ada peralatan lighting, penampilan drama dilaksanakan sore hari. Sebuah bendera ditempatkan di atas gedung menandakan adanya pertunjukkan drama di gedung tersebut; tetapi seseorang harus benar-benar mendekat untuk mengetahui drama apa yang akan ditampilkan.
Yang paling mengejutkan adalah hanya ada sedikit wanita yang terlibat dalam pementasan drama pada masa Elizabeth. Wanita terhormat yang ada di penonton menggunakan topeng dan tidak ada wanita di atas panggung. Peran wanita dalam drama diambil alih oleh laki-laki sampai pada pertengahan abad ke-17.
D.Masa Shakespeares


Tak ada orang yang tahu pasti tentang kehidupan masa kecilnya. Walaupun tak ada catatan tentang perkawinannya, tetapi ada bukti bahwa pada bulan November 1582, dia menikahi Anna Hathaway, di sebuah desa di Shottery dekat dengan Stratford.
Pada tahun 1582 dia menjadi seorang yang cukup sukses dalam penulisan drama. Tahun berikutnya muncul karyanya yang dipublikasikan, puisi naratif tentang Venus and Adonis. Fakta mengejutkan muncul dari Stratford yang menyatakan bahwa anak satu-satunya meninggal pada tahun 1596. tahun berikutnya Shakespeare membeli sebuah rumah mewah di tengah kota. Shakespeare dianggap sebagai dramatis terbesar baik dalam tragedi maupun komedi.
Pada tahun 1600, dia merupakan pemilik teater the Globe dan the Blackfriars; hal tersebut membuktikan bahwa dia memang seorang yang kaya dalam hal harta. Ayahnya meninggal pada tahun 1601 dan ibunya meninggal pada tahun 1608, Shakespeare sendiri menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di Stratford yang diketahui dari berbagai sumber; tetapi mengapa dan mulai kapan dia mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai aktor, penulis drama dan manajer sepenuhnya tidak diketahui.
Tak ada catatan tentang kematiannya dan tidak diketahui secara pasti kapan memorialnya dilaksanakan atau siapa pemilik tanggal pastinya pun tidak ada yang tahu. Dari 37 karya lengkapnya, hanya 16 yang diterbitkan semasa hidupnya. Shakespeare dikuburkan pada tanggal 25 April 1616 dan dokumen negara menyatakan dia meninggal pada tanggal 23 April 1616.
Karya awal Shakespeare dapat dianggap sebagai drama historikal. Mungkin karena dia memulai karyanya sebagai dramawan yang mengembangkan karya-karya penulis lain. Secara perlahan ia mulai menemukan kekuatannya sendiri dalam seni. Dalam puisi bebasnya Richard the third, makna puisinya terletak pada akhir barisnya:
Oh, I have passed the miserable night,
So full of ugly night, of ghastly dreams
That, as I am a Christian faithful man,
I would not spend another such a night
Though’t were to buy a world of happy days
Pada Richard the second lebih terdapat kebebasan. Walaupun pada akhir baris biasanya berakhir pada jeda sebagaimana adanya, tetapi ada kalanya ketika penekanan makna muncul melalui satu baris ke baris lainnya:
For God’s sake, let us sit up on the ground
And tell sad stories on the death of kings...........
All murderd; for within the holllow crown
That rounds the mortal the temples of a king
Keep death his court
Irama puisi bebasnya masih belum nampak muncul; Shakespeare belum mengembangkan dirinya sebagai master kebebasan yang membawa kesegaran dan kekuatan pada karya-karya selanjutnya; tetapi Romeo and Juliet adalah awalnya.
PERIODE SETELAH SHAKESPEARE
Ben Johnson (1573-1673)
Penerus terbesar Shakespeare dalam drama adalah Ben Johnson, dapat juga disebut sebagai sahabat Shakespeare. Dia adalah pujangga dan dramatis paling berpendidikan pada masa tersebut. Pada awalnya ia disekolahkan di Westminster School, dan dia bekerja untuk beberapa waktu di luar negeri bersama angkatan perang Inggris. Walaupun dia tidak mengenyam pendidikan tinggi di Universitas, tetapi dia memperoleh gelar penghormatan dari Oxford dan Cambridge University. Johnson merupakan orang kesayangan James I yang menjulukinya sebagai Poet Laureata pada tahun 1616. walaupun dia sering mendapat penghormatan dari raja, tetapi ia sering mengacuhkannya karena sifatnya yang arogan, sering terlibat hutang dan meninggal dalam kemiskinan pada tahun 1637. Dia dikuburkan di Wstminster Abbey.
Karya dramatik Johnson sangat berbeda dengan karya-karya Shakespeare. Berikut salah satu tulisannya:
SONG TO CECILIA
Drink to me only with thine eyes,
And I will pledge with mine;
Or leave a kiss but in the cup,
And I’ll look not for wine.
The thirst that from the soul doth rise
Doth ask a drink divine;
But might I of Jove’s nectar sup, I will not change for thine
Tak ada orang yang tahu pasti tentang kehidupan masa kecilnya. Walaupun tak ada catatan tentang perkawinannya, tetapi ada bukti bahwa pada bulan November 1582, dia menikahi Anna Hathaway, di sebuah desa di Shottery dekat dengan Stratford.
Pada tahun 1582 dia menjadi seorang yang cukup sukses dalam penulisan drama. Tahun berikutnya muncul karyanya yang dipublikasikan, puisi naratif tentang Venus and Adonis. Fakta mengejutkan muncul dari Stratford yang menyatakan bahwa anak satu-satunya meninggal pada tahun 1596. tahun berikutnya Shakespeare membeli sebuah rumah mewah di tengah kota. Shakespeare dianggap sebagai dramatis terbesar baik dalam tragedi maupun komedi.
Pada tahun 1600, dia merupakan pemilik teater the Globe dan the Blackfriars; hal tersebut membuktikan bahwa dia memang seorang yang kaya dalam hal harta. Ayahnya meninggal pada tahun 1601 dan ibunya meninggal pada tahun 1608, Shakespeare sendiri menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di Stratford yang diketahui dari berbagai sumber; tetapi mengapa dan mulai kapan dia mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai aktor, penulis drama dan manajer sepenuhnya tidak diketahui.
Tak ada catatan tentang kematiannya dan tidak diketahui secara pasti kapan memorialnya dilaksanakan atau siapa pemilik tanggal pastinya pun tidak ada yang tahu. Dari 37 karya lengkapnya, hanya 16 yang diterbitkan semasa hidupnya. Shakespeare dikuburkan pada tanggal 25 April 1616 dan dokumen negara menyatakan dia meninggal pada tanggal 23 April 1616.
Karya awal Shakespeare dapat dianggap sebagai drama historikal. Mungkin karena dia memulai karyanya sebagai dramawan yang mengembangkan karya-karya penulis lain. Secara perlahan ia mulai menemukan kekuatannya sendiri dalam seni. Dalam puisi bebasnya Richard the third, makna puisinya terletak pada akhir barisnya:
Oh, I have passed the miserable night,
So full of ugly night, of ghastly dreams
That, as I am a Christian faithful man,
I would not spend another such a night
Though’t were to buy a world of happy days
Pada Richard the second lebih terdapat kebebasan. Walaupun pada akhir baris biasanya berakhir pada jeda sebagaimana adanya, tetapi ada kalanya ketika penekanan makna muncul melalui satu baris ke baris lainnya:
For God’s sake, let us sit up on the ground
And tell sad stories on the death of kings...........
All murderd; for within the holllow crown
That rounds the mortal the temples of a king
Keep death his court
Irama puisi bebasnya masih belum nampak muncul; Shakespeare belum mengembangkan dirinya sebagai master kebebasan yang membawa kesegaran dan kekuatan pada karya-karya selanjutnya; tetapi Romeo and Juliet adalah awalnya. (beberapa ringkasan drama karya Shakespeare dapat dilihat pada lampiran).
PERIODE SETELAH SHAKESPEARE
Ben Johnson (1573-1673)
Penerus terbesar Shakespeare dalam drama adalah Ben Johnson, dapat juga disebut sebagai sahabat Shakespeare. Dia adalah pujangga dan dramatis paling berpendidikan pada masa tersebut. Pada awalnya ia disekolahkan di Westminster School, dan dia bekerja untuk beberapa waktu di luar negeri bersama angkatan perang Inggris. Walaupun dia tidak mengenyam pendidikan tinggi di Universitas, tetapi dia memperoleh gelar penghormatan dari Oxford dan Cambridge University. Johnson merupakan orang kesayangan James I yang menjulukinya sebagai Poet Laureata pada tahun 1616. walaupun dia sering mendapat penghormatan dari raja, tetapi ia sering mengacuhkannya karena sifatnya yang arogan, sering terlibat hutang dan meninggal dalam kemiskinan pada tahun 1637. Dia dikuburkan di Wstminster Abbey.
Karya dramatik Johnson sangat berbeda dengan karya-karya Shakespeare. Berikut salah satu tulisannya:
SONG TO CECILIA
Drink to me only with thine eyes,
And I will pledge with mine;
Or leave a kiss but in the cup,
And I’ll look not for wine.
The thirst that from the soul doth rise
Doth ask a drink divine;
But might I of Jove’s nectar sup, I will not change for thine.
Tak ada orang yang tahu pasti tentang kehidupan masa kecilnya. Walaupun tak ada catatan tentang perkawinannya, tetapi ada bukti bahwa pada bulan November 1582, dia menikahi Anna Hathaway, di sebuah desa di Shottery dekat dengan Stratford.
Pada tahun 1582 dia menjadi seorang yang cukup sukses dalam penulisan drama. Tahun berikutnya muncul karyanya yang dipublikasikan, puisi naratif tentang Venus and Adonis. Fakta mengejutkan muncul dari Stratford yang menyatakan bahwa anak satu-satunya meninggal pada tahun 1596. tahun berikutnya Shakespeare membeli sebuah rumah mewah di tengah kota. Shakespeare dianggap sebagai dramatis terbesar baik dalam tragedi maupun komedi.
Pada tahun 1600, dia merupakan pemilik teater the Globe dan the Blackfriars; hal tersebut membuktikan bahwa dia memang seorang yang kaya dalam hal harta. Ayahnya meninggal pada tahun 1601 dan ibunya meninggal pada tahun 1608, Shakespeare sendiri menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di Stratford yang diketahui dari berbagai sumber; tetapi mengapa dan mulai kapan dia mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai aktor, penulis drama dan manajer sepenuhnya tidak diketahui.
Tak ada catatan tentang kematiannya dan tidak diketahui secara pasti kapan memorialnya dilaksanakan atau siapa pemilik tanggal pastinya pun tidak ada yang tahu. Dari 37 karya lengkapnya, hanya 16 yang diterbitkan semasa hidupnya. Shakespeare dikuburkan pada tanggal 25 April 1616 dan dokumen negara menyatakan dia meninggal pada tanggal 23 April 1616.
Karya awal Shakespeare dapat dianggap sebagai drama historikal. Mungkin karena dia memulai karyanya sebagai dramawan yang mengembangkan karya-karya penulis lain. Secara perlahan ia mulai menemukan kekuatannya sendiri dalam seni. Dalam puisi bebasnya Richard the third, makna puisinya terletak pada akhir barisnya:
Oh, I have passed the miserable night,
So full of ugly night, of ghastly dreams
That, as I am a Christian faithful man,
I would not spend another such a night
Though’t were to buy a world of happy days
Pada Richard the second lebih terdapat kebebasan. Walaupun pada akhir baris biasanya berakhir pada jeda sebagaimana adanya, tetapi ada kalanya ketika penekanan makna muncul melalui satu baris ke baris lainnya:
For God’s sake, let us sit up on the ground
And tell sad stories on the death of kings...........
All murderd; for within the holllow crown
That rounds the mortal the temples of a king
Keep death his court
Irama puisi bebasnya masih belum nampak muncul; Shakespeare belum mengembangkan dirinya sebagai master kebebasan yang membawa kesegaran dan kekuatan pada karya-karya selanjutnya; tetapi Romeo and Juliet adalah awalnya. (beberapa ringkasan drama karya Shakespeare dapat dilihat pada lampiran).
PERIODE SETELAH SHAKESPEARE
Ben Johnson (1573-1673)
Penerus terbesar Shakespeare dalam drama adalah Ben Johnson, dapat juga disebut sebagai sahabat Shakespeare. Dia adalah pujangga dan dramatis paling berpendidikan pada masa tersebut. Pada awalnya ia disekolahkan di Westminster School, dan dia bekerja untuk beberapa waktu di luar negeri bersama angkatan perang Inggris. Walaupun dia tidak mengenyam pendidikan tinggi di Universitas, tetapi dia memperoleh gelar penghormatan dari Oxford dan Cambridge University. Johnson merupakan orang kesayangan James I yang menjulukinya sebagai Poet Laureata pada tahun 1616. walaupun dia sering mendapat penghormatan dari raja, tetapi ia sering mengacuhkannya karena sifatnya yang arogan, sering terlibat hutang dan meninggal dalam kemiskinan pada tahun 1637. Dia dikuburkan di Wstminster Abbey.
Karya dramatik Johnson sangat berbeda dengan karya-karya Shakespeare. Berikut salah satu tulisannya:
SONG TO CECILIA
Drink to me only with thine eyes,
And I will pledge with mine;
Or leave a kiss but in the cup,
And I’ll look not for wine.
The thirst that from the soul doth rise
Doth ask a drink divine;
But might I of Jove’s nectar sup, I will not change for thine.
E. Masa Puritan VS Restorasi

Nama puritan dikenalkan pada pertengahan abad ke-16 yang diberikan kepada suatu kelompok di dalam gereja Inggris yang tujuannya adalah untuk membersihkan bentuk-bentuk praktek dan upacara keagamaan. Kebebasan dalam menjalankan kepercayaan beragama secara langsung diikuti oleh kebebasan dalam berpolitik.
Milton, tidak diragukan lagi sebagai penulis terbesar yang dihasilkan oleh kaum Puritan, merupakan cerminan tipikal orang-orang Puritan. Puisi di usia tuanya ditulis untuk ”justify the ways of God to Man”, tidak diragukan lagi telah memenuhi keinginan orang-orang puritan.
John Milton (1608-1674)
Kehidupan dan karya sastra Milton secara jelas dapat dibagi dalam tiga periode: pertama, pendidikan dan perjalanan luar neger, serta beberapa puisinya; kedua jabatan sekretaris juru bicara luar negeri di bawah Cromwell, dan karya prosanya; ketiga, pengunduran dirinya dari pandangan masyarakat, dan sebagian besar puisinya.
Pujangga ini lahir di London tanggal 9 Desember 1608 di sebuah rumah yang menjadi sebuah literary shrine, tetapi kemudian hancur terbakar akibat kebakaran besar (the great fire) pada tahun 1666. Setelah melalui pendidikan dasar yang intensif di St. Paul School London, Milton memasuki sekolah Kristen Cambridge pada usia 17 tahun, selama 7 tahun di Cambridge dia memperoleh gelar A.B dan A.M. terpisah dari semua yang ada pada dirinya, Milton memiliki julukan the Lady of Christ’s di Cambrigde University.
Dalam pandangan yang luas, gerakan Puritan dapat dianggap sebagai Renaissance kedua dan terbesar dan pada umumnya semua setuju bahwa pujangga kedua terbesar setelah Shakespeare adalah John Milton. Setelah menyelesaikan studinya di universitas, dia banyak belajar di rumahnya di Horton, Buckinghamshire, dan ia berterimakasih pada ayahnya yang mengizinkan dirinya untuk melakukan hal tersebut sebagai persiapan atas sebuah profesi yang lain. Dia menjalani hidup yang bersih, percaya bahwa dia memiliki tujuan yang besar untuk melengkapi karirnya. Pada usia 23 tahun, sedikit hal yang dapat dikerjakan untuk kehidupannya, sebagaimana dinyatakan dalam sonetnya:
How soon hath time, the subtle thief of youth
Stolen on his wing my three and twentieth year!
My hasting days fly on with full career
And my late spring no bud or blossom showeth.
Diantara sonetnya yang lain, dia menulis satu sonet atas kebutaanya:
When I consider how my light is spent
Ere half my days, in this dark world and wide
Milton percaya pada kebebasan dalam menulis dan berbicara akan memenuhi buku dengan kejujuran perasaan. Berikut tiga baris kata bijaknya:
Opinion in good men is but knowledge in the making
He who destroys good book kills reason itself
A good book is the precious life-blood of a master spirit
Perang saudara Inggris antara Charles I dan Cromwell (Parliament) dimulai pada tahun 1642 sampai 1646 dan diikuti perang saudara kedua tahun 1648-1651. Selama perang ini Milton bekerja keras mendukung parlemen dengan pamflet-pamfletnya dan menjadi seorang menteri pemerintahan. Pandangan matanya mulai memburuk dan pada tahun 1651 Milton mengalami kebutaan total. Dia mulai menjadi tidak terkenal sejak Charles II memimpin, tetapi dari sinilah lahir tiga karya besarnya.
Puisi epos besarnya, Paradise Lost, merupakan puisi bebas terbesar, diperkuat oleh kekayaan ilmu dan kekayaan keterampilannya sebagai pujangga. Neraka digambarkan sebagai berikut:
A dungeon horrible on all sides around
As one great furnace flamed – yet from those flames
No light, but rather darkness visible.
Served only to discover sight of woe , region of sorrow,
Doleful shades, where peace
And rest can never dwell , hope never comes
That come to all
Karya terbesar Milton kedua adalah Paradise Regained (diterbitkan pada tahun 1671) dan yang ketiga adalah Samson Agonistes (1617), sebuah tragedi dalam bentuk drama Yunani, mencerminkan saat-saat terakhir Samson, ketika dia mengalami kebutaan dan dipenjarakan di Gaza Palestina. Dia dipaksa untuk memberikan hiburan kepada penguasa Palestina; tetapi seorang kurir kemudian datang dan memberi kabar bahwa Samson telah merobohkan seluruh gedung teater di atas kepala mereka dan juga kepalanya sendiri. Cerita ini secara tidak langsung mencerminkan keadaan diri Milton sendiri, dia mengalami kebutaan selama hampir 20 tahun dan tiga tahun kemudian dia meninggal.
MASA RESTORASI
Hidup di bawah pemerintahan Puritan bukanlah hal yang membahagiakan. Orang-orang tertentu saja yang mungkin akan menikmati kesenangan dari tekanan kehidupan, adanya penolakan diri dan larangan adanya hiburan-hiburan; tetapi kelas masyarakat tidak bertambah. Yang harus diingat adalah dalam keadaan ini munculnya pelarangan bukan karena hiburannya. Puritan menentang pelaksanaannya, bukan karena memberikan rasa sakit pada pelarang tetapi karena memberikan rasa senang kepada penikmatnya.
Para penulis bukannya tidak membuat usaha, mereka tida lari jauh dari bentuk dan materialnya. Mereka berkarya dengan menggunakan model Drama Perancis yang dinamakan comedies of Moller, menurut teori drama Perancis. Mereka menghidupkan kembali karya-karya Shakespeare dan karya lainnya di zaman Elizabeth untuk membuktikan pada masa itu bukanlah zaman yang ”barbarian”.
Setelah masa restorasi, atau return to rule by kings, pada tahun 1660 setelah 20 tahun diperintah oleh parlemen, drama tragedi pada masa ini umumnya dibuat dalam bentuk heroic plays. Dalam bentuk ini laki-laki digambarkan sebagai makhluk yang pemberani dan para wanita digambarkan sebagai sesuatu yang cantik. Banyak teriakan-terikan dan peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal. Drama pada masa ini ditulis dalam bentuk heroic couplet, sebuah bentuk metre yang disempurnakan oleh John Dryden.
Salah satu karya Dryden terbesar adalah The Conquest of Granada (1670). Selain menggunakan bahasa yang keras, drama ini juga berisi beberapa lirik yang bagus. Berikut contoh yang ada di dalamnya:
I am as free as nature first made man,
Ere the base laws of servitude began,
When wild in woods the noble savage run.
Karya lain Dryden adalah Auregzebe (1676) yang didasarkan pada sebuah perjuangan kerajaan di India.
SAMUEL PEPYES (1633-1703)
Pepyes lahir di London, anak seorang penjahit. Dia mengikuti pendidikan di St. Paul’s School dan Magdalena College, Cambridge dan lulus pada tahun 1650. Selama 22 tahun tanpa pekerjaan dan kemudian menikah. Kariri Pepyes berawal sebagai seorang juru tulis pada kantor pemerintahan, tetapi karena kepandaiannya dan meningkatnya perindustrian dengan cepat ia menjabat sebagai secretary of the admiralty. Di sini dia secara langsung berhubungan dengan masyarakat dari berbagai kelas sosial, mulai dari menteri raja sampai pada nelayan miskin. Karena dianggap sebagai a blue jay, dia pernah diinvestigasi dengan berbagai rumor atau gosip oleh pengadilan, seperti affair-nya dengan beberapa tetangga dan ia menuliskan semua peristiwa tersebut ke dalam sebuah diary dengan bukti-bukti yang menarik. Tetapi karena dia berbicara dengan sangat bebas dan menceritakan banyak rahasia yang orang lain tidak boleh tahu maka dia menulisnya dengan menggunakan shorthand/secret sign, sekali lagi disini ia bertindak seperti seorang blue jay, yang menyimpan dan menyembunyikan segala sesuatu untuk diungkapkan. Diary tersebut ditulis dari tahun 1660-1669 dengan segala gosip yang terjadi, mulai dari jabatan dan tugasnya di kantor, pakaian, dapur, juru masak dan keluarga sampai pada skandal sosial kelas tinggi. Selama satu setengah abad rahasia diary-nya tidak terungkap dan pada tahun 1825 tulisan rahasia Pepyes diungkap dan dipublikasikan. Sejak saat itu secara luas tulisannya dibaca oleh publik. Pepyes merupakan diarist terbesar dalam sastra Inggris. Salah satu diary-nya menceritakan kebakaran besar yang terjadi di london pada tahun 1666.
 F. Masa Romantisme

Paruh pertama abad ke-19 tercatat sebagai the triumph of romanticism in literature dan juga democracy in government. Keduanya berjalan beriringan. Penekanan utama puisi pada awal masa ini adalah bentuk susunannya yang rumit, tanpa menggunakan terlalu banyak perasaan. Heroic couplet banyak digunakan pada bait-baitnya.
The lyrical ballad (1798) datang membawa kejutan, sebagai pertanda awal dari masa romantisme adalah adanya kerjasama antara William Wordsworth dan Samuel Taylor Coleridge, sering dikenal sebagai the Lake Poets, karena mereka berdua suka tinggal di daerah danau di barat daya Inggris dan hidup di sana. Wordsworth adalah a pet of nature dan memiliki kemampuan khusus to throw a charm over ordinary things. Coleridge, sebaliknya, mampu make mysterious events acceptable to the readers’ mind. Kedua pujangga ini tidak banyak menggunakan bahasa puisi kuno. Wordsworth dipenuhi oleh cintanya pada alam, pada edisi selanjutnya dari Lyrical Ballad (1800-2), dia berkata bahwa the language of poetry ought to be the same of simple farmworker. Imajinasinya telah membawa ia jauh ke dalam kehidupan dan pemikiran orang-orang desa.
WORDSWORTH’S CREATOR OF NATURE
Our birth is but asleep and forgetting
The soul that raises with us, our life’s star,
Hath had elsewhere its setting,
And cometh from afar;
And not in utter nakedness
But trailing clouds of glory do we come
From god, who is our home
I heard among the solitary hills
Low breathing coming after me, and sounds
Of undistinguishable motion
Pada akhir-akhir tahunnya, mungkin karena terlalu banyak menulis; puisi dan prosanya menjadi tumpul dan tidak imajinatif lagi.
COLERIDGE
Puisi Coleridge, the Rime of the Ancient Mariner, muncul pada edisi pertama dari Lyrical Ballads. Puisi berisi tentang seorang lelaki tua yang menggambarkan beberapa kesialan aneh yang menimpa kapalnya. Kisah ini terjadi di South Pole ketika ia menembak seekor burung besar dan setelah kejadian tersebut kutukan menimpa kapalnya. Angin tidak bertiup, persediaan air menipis dan pelaut-pelaut lain meninggal karena kehausan. Pelaut tua tersebut kemudian ditinggalakan sendirian:
Alone, alone, all alone,
Alone on a wide, wide sea,
And never a saint took a pity on me
My soul in agony
The many men so beautiful
And they all dead did lie
And a thousand thaousand slimy things
Lived on, and so I did
PERCY BYSHE SHELLY
Shelly merupakan seorang pujangga besar, berasal dari keluarga baik-baik, sibuk dan kaya. Dia berjuang melawan penyebab-penyebab penderitaan manusia dan menentang nilai-nilai agamis yang diterimanya. Dia memandang kebaikan sebagai sesuatu yang hakiki dan dia menghendaki semua manusia menjadi bebas. Karya terkenalnya Ode to the West Wind memberikan ekspresi keliaran dan kebebasan imajinasinya (karya-karya shelly dapat dilihat pada lampiran).
Keats menulis puisi dengan kekayaan detilnya dan menyalahkan bahasa Shelley yang sangat miskin. Keat juga menulis Ballad, La Belle Dame Sans Merci, yang menceritakan seorang ksatria yang mengimpikan kekasihnya, tetapi terbangun dalam kesendirian pada sisi jurang yang dingin, dimana tak ada burung yang bernyanyi. La Belle Dame oleh beberapa orang dianggap sebagai Tuberculosis, penyakit yang akhirnya membunuh Keats pada awal usianya yang ke-26 tahun. Sehlley juga meninggal pada usia muda dan disemayamkan di dekat Lerici, Itali, pada usia 29 tahun. Byron juga meninggal (karena penyakit) sebelum usia 40 tahun. Berikut adalah petikan ballad yang diungkapkan oleh Keats.
A thing of beauty is a joy forever;
Its loveliness increases; it will never
Pass into nothingness; but still will keep
A bower quiet for us; and a sleep
Full of sweet dreams, and health, and quiet breathing
GEORGE NOEL GORDON, LORD BYRON (1788-1824)
Byron, salah satu figur pemberontak terkenal pada masa pemberontakan. Walapun banyak orang mengagumi kejeniusannya, tetapi hanya sedikit orang yang dapat memahaminya. Karena sedikit sekali pengaruh para pujangga sekolahn pada dirinya, menyebabkan ia tumbuh lebih berdasarkan pada bakat daripada pendidikan. Orang-orang memusuhinya; banyak peristiwa pahit meracuni hidupnya. Berikut kutipan dari karyanya:
”I have not loved the world, nor the world me;
”This but a worthless world to win or lose;
dan beberapa tahun kemudian ia menulis:
”Though life’s dull road, so dim and dirty,
I have dragged to three and thirty.:
Setahun sebelum meninggalkan Cambridge (1807), Byron menerbitkan volume pertama bukunya, Hours of Idleness, yang hanya berisi satu puisi. Sisa hidupnya dihabiskan di Eropa. Fakta-fakta periode ini tidak ada catatan yang ditemukan kecuali karya terakhirnya. Pada tahun 1823 dia mengabdikan hidupnya untuk perjuangan kemerdekaan Turki, menghibahkan hartanya dan aktif membantu tentara Turki dan meninggal pada tanggal 19 April 1824 akibat serangan penyakit menular. Pada masa akhir hidupnya Byron menulis The Prisoner of Chilon, Mazepa dan masterpiece-nya Don Juan.
ALFRED LORD TENNYSON
Puisi-puisi awal Tennyson banyak mendapat kritikan, tetapi pada karya selanjutnya dia menulis kembali beberapa karya tersebut dan menjadikan satu dengan karya-karyanya yang lain. The Lotus Eaters, sebuah puisi yang mengisahkan petualangan Ulyses dan anak buahnya, yang memberikan sebuah citra tinggi dan membuktikan bahwa dia adalah seorang master.
Surely, surely slumber is more sweet than toil , the
shore than labour on the deep mid-ocean,
Win and wave and oar!
Oh rest ye, brother mariners, we will not wander more
Tennyson menyadari betul bahwa pikiran sangat diperlukan dalam karya sastra, dan pada tahun 1842 dia menerbitkan dua buku puisi yang penuh dengan keseriusan dan pemikiran serta penuh dengan irama. Tennyson menjadi seorang seniman yang penuh dengan kehati-hatian, memilih masing-masing kata dengan penempatannya yang tepat dengan penuh perhatian. Dalam Morte D’Arthur, dia menempatkan Cerita Malory dalam bentuk Blank Verse agar kekuatan dialognya dapat didengarkan dengan jelas. Berikut kutipannya:
So all day long the noise of battle rolled
Among the mountains by the winter sea,
Until King Arthur’s table, man by man
Had fallen in Lyonesse about their lord
King Arthur
Tennyson juga menulis The Princess dengan lirik yang sangat bagus, berikut cuplikannya:
Sweet and low, sweet and low,
Wind of the western sea,
Low, low breath and blow
Wind of the western sea!
Over the rolling water go,
Come from the dying moon and blow,
Blow him again to me;
While my little one, while my pretty one, sleeps.
BROWNING
Browning memiliki cara yang rapi dalam mengunglapkan gagasan atau ide-idenya. Berikut beberapa kutipan dari tulisannya:
That shall be tomorrow
Not tonight
I must burry sorrow
Out of sight (A woman last word)
Oh to be in England
Now that’s April there (home thought from a broad)
Who knows but the world may end tonight? (the last ride together)
How do I love thee? Let me count the ways
I love thee to the depth and breath and height
My soul can reach
RUDYAR KIPLING
Kipling adalah novelis yang juga menulis puisi. Puisi-puisinya menggunakan bahasa asli laki-laki, kuat dan bebas. Puisi-puisinya terfokus pada laki-laki yang berada pada tempat dan kondisi yang aneh atau asing. Those who go home still have memories of persons and places far away, Kipling megubah pikran-pikiran tersebut menjadi kata-kata. Dalam Mandalay, dia menghadirkan pikiran-pikiran tentara Inggris yang meninggalkan dunia Timur kembali ke London:
By the old Moulmein Pagoda, looking eastward to the sea
There’s a Burma girl a-sitting, and I know she thinks of me
For the winds in the palm trees, and the temple bells
They say:
”Come you back, you British soldier; come you back to
Mandalay!...........
But that’s all shove behind me – long ago and far away
And there ain’t no buses running from the Bank to
Mandalay
MAKNA ROMANTISME
Sebagai sebuah pemikiran dan pendekatan terhadap karya sastra, Romantisme diasosiasikan dengan ”Vitality, powerful emotion, limitless and dreamlike ideas, and unusual individuals. Clasikisme sebagai penyeimbangnya diasosiasikan dengan ”order, strong common sense, controlled reason, and normal types”, sebagaimana telah kita bahas dalam era Pope di awal abad 18.
Sebagai masa yang bersejarah dalam kesusasteraan Inggris, masa romantisme berlangsung dari tahun 1798, ketika Wordsworth dan Colredge menerbitkan lyrical ballad mereka, sampai pada sekitar tahun 1830-an, ketika Ratu Victoria jatuh (1837) dan semua pujangga-pujangga penting meninggal kecuali Wordsworth. Selama masa ini, gagasan-gagasan revolusioner di Amerika dan Perancis sudah secara luas merasuki pemikran-pemikiran manusia dan para perinits sastra memandang dunia dengan cara yang baru dan keras. Merela merevolusi cara-cara lama dalam sastra.
source: http://freshliterature.blogspot.com/

2 comments:

  1. cuma mau meluruskan bahwa faery queen bukan ciptaan shakespeare melainkan Edmund Spencer

    ReplyDelete
  2. nulisnya niat bgt. terlepas adanya kekeliruan,ini ngebantu tugas aku. lengkap dengan cerita sejarahnya,jadi gak ujug2 bahas sastranya aja tapi juga WHY nya. good job. thanks a lot and semoga bermanfaat untuk yg lain juga. buat yg nulis,semoga bernilai pahala.

    ReplyDelete

Pengunjung Blog

Komentar Terbaru

My Blog Rank

SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Advertisement

Translate

Popular Posts

Visitors

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Followers